Senin, 12 Juli 2010

WASPADA

emua orang telah mafhum, agama Kristen adalah agama misi. Tentang
hal ini diterangkan dalam kitab Bibel. “Kata Yesus: Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku doa baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19)

Dalam kitab Bibel itu juga, orang-orang Kristen dihalalkan menempuh
berbagai cara seperti menipu, pura-pura, berbohong dan lainnya agar
tujuan misi tercapai. “Tetapi hukum Taurat ditambahkan,
supaya pelanggaran menjadi semakin banyak, dan di mana dosa bertambah
banyak, di sana kasih sayang karunia menjadi berlimpah-limpah” (Roma
5:20)

Berpegang pada dua dalil itu, tak heran jika umat Kristiani sangat
giat menyebarkan misi kristenisasi ke seluruh dunia tak terkecuali
Indonesia.
Mereka pun tak sungkan-sungkan menjalankan cara-cara yang keji,
curang dan menjijikan kepada umat lain. Meskipun aturan tentang
penyebaran agama telah dibuat, namun orang-orang Kristen tak pernah mau
tunduk. Bahkan, Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang tata cara penyebaran agama
di Indonesia, sering dilanggar.
Untuk itu, tak ada salahnya kita mengetahui cara, strategi dan taktik
yang dikembangkan mereka dalam memurtadkan kaum muslimin. Di bawah ini
dijelaskan beberapa taktik, strategi dan cara itu.
1. Pemurtadan dengan cara kawinisasi.


Sasaran utama gerakan pemurtadan ini, kebanyakan para muslimah. Untuk
menikah, seorang pria Kristen biasanya pura-pura masuk Islam. Setelah
menikah, pria itu lalu mengajak pindah ke agama Kristen. Seperti
perbuatan yang dilakukan Agus (nama samaran) kepada Dona (nama samaran).
Untuk menikahi Dona, Agus, pura-pura masuk agama Islam. Setelah nikah
dan dikarunia satu orang anak, Agus memaksa Dona pindah ke agama
Kristen. Meskipun sempat tergoncang, namun akhirnya Dona mampu lepas
dari jebakan busuk Agus.
2. Pemurtadan dengan cara diculik, dihamili dan dimurtadkan.


Sasaran utama cara ini kebanyakan juga para muslimah. Hampir mirip
dengan cara pertama, bedanya cara ini lebih kasar dan keji. Para
muslimah langsung diculik, disekap, diperkosa kemudian dibaptis. Selain
itu, otak para muslimah itu pun dicuci lantas dijejali doktrin Kristen
hingga akhirnya ia membenarkan ketuhanan Yesus. Contohnya kasus
penculikan, pemerkosaan dan pemurtadan siswi Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Padang, Khairiyah Anniswah alias Wawah yang sempat membuat heboh
kota Padang beberapa waktu lalu. Setelah diculik, Wawah diberi obat
perangsang lalu diperkosa oleh seorang aktivis Kristen. Karena tak
berdaya, Wawah akhirnya di bawa ke gereja dan dibaptis.
3. Pemurtadan dengan cara menjanjikan pekerjaan, kursus atau
beasiswa.



Sasaran tembak mereka biasanya muslim dan muslimah lulusan SMP/SMU
yang mengalami kesulitan mencari pekerjaan atau kepada mereka yang tak
mampu. Para aktivis gereja biasanya langsung menjanjikan sebuah
pekerjaan dan beasiswa secara gratis asal mau pindah agama. Seperti
yang dialami Heryanto. Pemuda yang sehari-hari mengajar ngaji anak-anak
di Manado itu, ditawari Edi Sapto pekerjaan dan beasiswa kuliah di
Jakarta. Sampai di Jakarta, pekerjaan yang ditunggu-tunggu itu tak
kunjung datang. Heryanto malah dipaksa pindah agama Kristen dan
diwajibkan mengikuti acara gereja dan kebaktian. Kini Yayasan Dian Kaki
Mas yang dijadikan tempat pemurtadan itu, sedang digugat warga dan
aparat pemerintah setempat. Karena mereka merasa telah ditipu yayasan
Dian Kaki Mas. (Lihat tulisan Babak Baru Pemurtadan).
4. Pemurtadan berkedok kemanusiaan di desa-desa terpencil.


Cara pemurtadan seperti ini dilakukan kepada orang-orang tak mampu
sambil memberi sejumlah makanan pokok dan keperluan sehari-hari seperti
beras, mie instant, gula, minyak, pakaian, obat-obatan dan lainnya.
Bantuan itu terus dilakukan, sampai mereka merasa tergantung. Setelah
orang-orang tergantung, mereka baru mengatakan bahwa bantuan ini datang
dari Tuhan Yesus, kalau mau terus mendapatkan bantuan, mereka harus
pindah ke agama Kristen. Pemurtadan seperti ini banyak dijumpai di
daerah-daerah terpencil dan miskin seperti Gunung Kidul Yogyakarta,
Klaten, Kalimantan dan lainnya.
5. Pemurtadan berkedok ulama atau keluarga ulama.


Modusnya, seorang aktivis Kristen mengaku-ngaku sebagai mantan ustad
atau keluarga ulama terpandang yang kemudian murtad. Tujuannya, untuk
meragukan keyakinan umat terhadap Islam dan selanjutnya membenarkan
doktrin Kristen. Kasus ini pernah terjadi di Padang beberapa waktu lalu.
Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah mengaku-ngaku sebagai adik
kandung Buya Hamka. Karena ulah pendeta Willy, tak sedikit yang percaya
dengan kesaksiannya. Namun, setelah diteliti, ternyata Pendeta Willy
bohong besar. Salah seorang putra Hamka menyatakan sepanjang hayatnya,
ia tak pernah mempunyai paman yang bernama Willy Abdul Wadud Karim
Amrullah.
6. Pemurtadan dengan cara penyebaran narkoba.


Narkoba dan obat-obat terlarang lainnya disebar mereka ke para pemuda
baik ke anak SD, SMP, SMU bahkan sampai mahasiswa. Mereka terus
menjejali obat haram tersebut hingga para pemuda harapan bangsa ini
menjadi tergantung dengan obat-obatan itu. Kalau sudah demikian, para
pemuda itu dimasukkan ke tempat rehabilitasi untuk disembuhkan dari
ketergantungan obat. Di tempat rehabilitasi itulah, para pemuda yang
kecanduan obat itu dicuci otaknya, dimasukkan doktrin-doktrin Kristen.
7. Kristenisasi terselubung dengan mendirikan sekolah-sekolah
teologi.



Sekilas lalu, sekolah-sekolah teologi ini memang tak ada masalah.
Kegiatan belajar-mengajar tak jauh beda dengan sekolah-sekolah tinggi
lainnya. Tapi, sejumlah pihak menyakini kristenisasi dijalankan secara
terselubung. Mereka mencontohkan Sekolah Tinggi Apostolos. Namun,
pengurus STT itu sendiri membantah adanya program kristenisasi. Tapi,
kalau dicermati lebih mendalam, dugaan adanya kristenisasi terselubung
itu ada. Konsentrasi STT Apostolos, pada studi islamologi dengan jumlah
mata kuliah sebanyak 36 SKS. Meliputi mata kuliah Pengantar Studi
Islam, Studi al Qur’an, Studi al Hadits, Filsafat Islam dan lainnya.
Bahkan, mereka juga mengundang sejumlah dosen berbagai perguruan tinggi
agama Islam. Seiring tujuan STT Apostolos untuk mencetak pemimpin
gereja masa depan yang mampu berdialog dengan dunia Islam, sejumlah
pihak menilai ada upaya lain untuk mengorek kelemahan Islam terutama al
Qur’an dan al Hadits.
8. Pemurtadan melalui surat-surat atau korespondensi.


Kristenisasi ini dilakukan melalui surat-menyurat. Surat itu berisi
sebuah buletin, mirip seperti buletin Islam yang sering dibagikan setiap
shalat Jum’at. Isinya membahas masalah perbandingan agama dengan
menitikberatkan pada pemutarbalikan tafsir al Qur’an dan al Hadits. Dari
ulasannya terkesan sekali mendukung doktrin ketuhanan Yesus. Biasanya,
surat itu hanya mencantumkan kotak pos. Menurut Sekjen FAKTA, Abu
Deedat, kristenisasi dengan gaya korespondensi ini bertujuan
mendangkalkan akidah umat Islam. Contohnya buletin “Habari Lo Ilomata”.
Setiap terbit, buletin ini mencoba mengaburkan keyakinan umat Islam
dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan yang menggiring untuk
mendukung ketuhanan Yesus. Pada terbitan Ilomata edisi nomor 11 tahun
2001, dikutip ayat al Qur’an Surah an Nur ayat 34, “Dan sungguh kami
telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang menerangkan dan sebagai
perumpamaan dari mereka yang terdahulu sebelum kamu .”, dari situ
dibuatlah pertanyaan-pertanyaan yang menggiring umat untuk mengakui
kebenaran Yesus. Pertanyaan itu, antara lain, kitab suci mana yang
dimaksud, yang menerangkan tentang orang-orang terdahulu sebelum Nabi
Muhammad Saw? Kemudian bagi mereka yang berhasil menjawab benar, akan
disediakan hadiah berupa Kitab Suci Injil. Tak hanya buletin Ilomata,
buletin serupa yang banyak beredar di tengah-tengah masyarakat misalnya
brosur “Rahasia Jalan ke Surga”, “Membina Kerukunan Umat Beragama”,
atau brosur-brosur Shirathal Mustaqim seperti “Keselamatan”, “Siapakah
yang Bernama Allah”, “Stop”, “Injil Barnabas”.
9. Pemurtadan dengan cara menerbitkan buku-buku Kristen tapi
berkedok Islam.



Menurut Tim Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA), ada dua
target yang akan dicapai dari penerbitan ini. Pertama, target ke dalam,
untuk meneguhkan ajaran Kristen seolah-olah ajaran kristenlah yang
paling benar. Kedua, target ke luar, untuk mengelabui umat yang masih
dangkal pemahaman agamanya agar mau membaca buku-buku itu kemudian
membenarkan ketuhanan Yesus. Mereka menyakini, umat Islam tak terlalu
curiga terhadap misi mereka. Pendeta-pendeta Kristen sangat produktif
membuat buku-buku seperti ini. Puluhan bahkan ratusan buku saat ini
disinyalir beredar ke tengah-tengah masyarakat seperti buku karya H
Amos alias Poernama Winangun “Upacara Ibadah Haji”, “Isa as dalam
Pandangan Islam”, “Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan nabi Muhammad
Saw”, atau karya Danu Kholil Dinata seperti “Kristus dan Kristen di
Dalam al Qur’an”. Dan “Jawaban Atas Buku Bibel, Qur’an dan Science”,
Dialog Tertulis Islam-Kristen” karya Hamran Amrie.
10. Pemurtadan dengan meniru dan memakai idiom atau atribut Islam.


Pemurtadan dengan memakai atribut, dan idiom Islam tak asing lagi di
beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta, Minang, Sunda dan lainnya.
Tujuannya, agar kaum muslimin meragukan ajaran Islam dan mau mengakui
kebenaran doktrin Kristen. Di Kampung Sawah misalnya orang-orang
Kristen sudah terbiasa memakai atribut Betawi yang identik dengan
Islam. Laki-lakinya mengenakan kopiah dan sarung seperti orang Betawi
saat menjalankan shalat. Begitu juga yang perempuan, memakai kerudung
mirip none betawi habis pulang ngaji. Lain lagi di daerah jawa tengah,
mereka meniru adat kebiasan Islam seperti tahlilan, mengucapkan
assalamu’alaikum, pakai kopiah dan lainnya.
nah sudahkah lingkungsn kita menjadi korban…? lingkungan keluarga
kita…? atau teman teman kita…?
[b]atau
bahkan mungkin kita sendiri pernah atau masih menjadi korban…? akan
tetapi kita terlalu asik untuk “cuek” atau “masa’ bodo’ ” dengan apa
yang sedang kita alami……?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar